Kunci Kebahagiaan


Disebuah negeri tinggallah seorang tukang kunci. Namanya sangat terkenal. Banyak orang mengakui kemampuannya membuat kunci. Tak ada lubang pintu atau gembok yang tak dapat dibukanya. Segala macam kunci mampu dibuatnya. Tak heran, setiap hari rumahnya selalu dipenuhi orang-orang yang meminta membuat kunci.

Sayang, lambat laun kemasyuran itu membuatnya sombong. Setiap kali berhasil membuka kunci yang tertutup, ia sesumbar, "Lihatlah aku, tak satupun kunci yang tak dapat kubuka. Anak kunci buatanku paling hebat dan tak ada yang menandinginya!" Tangannya mengangkat tinggi serenceng anak kunci yang terikat pada gelang-gelang besi. Gemerincing besi beradu terdengar di sela-sela tawa si tukang kunci. "Akulah Si Raja Kunci...".

Musim telah berubah, waktu telah berganti, namun kesombongan itu semakin menjadi-menjadi. Walaupun mengakui kehebatannya, orang-orang tetap tak suka dengan kesombongan yang dipamerkannya. Bahkan kini tukang kunci itu semakin jumawa (sombong). Ia mulai menganggap dirinya tukang kunci paling hebat di seluruh dunia.

Kesombongan memang tak akan abadi. Suatu ketika seorang kakek tua bijak datang ke tempat sang tukang kunci. "Apakah kamu bisa membuatkan kunci untukku?". "Ya, aku bisa membuatkan kunci apa saja, kunci apapun yang kau butuhkan, aku bisa membuatnya," ujar si tukang kunci.

Benarkah demikian? Kalau begitu buatkan aku kunci kebahagiaan," ucap si kakek tua bijak perlahan. Kunci kebahagiaan?" "Ya, kunci kebahagiaan. Bukankah kamu si raja kunci, yang mampu membuat kunci apapun? Penuhilah pesananku, tiga bulan lagi aku akan kembali."


Kakek tua bijak itu meninggalkan tukang kunci yang masih kebingungan. Walaupun begitu, si tukang kunci masih saja tetap sombong. "Ah, itu pekerjaan mudah. Akan kupenuhi pesanan itu segera." Lalu, diambilnya logam-logam terbaik yang dimilikinya. "Dengan baja dan emas ini, kunci kebahagiaan itu pasti akan dapat kubuat. Kakek itu akan puas dengan dengan pekerjaanku. Lihatlah logam perak yang kupunya, ulir-ulirnya kujiamin akan mampu membuka kunci apapun." Si tukang kunci bekerja keras. Dibutnya anak kunci yang terindah dan termahal yang mampu dibuatnya.


Tiga bulan telah berlalu, tibalah saat itu. Sang kakek tua bijak datang. "Anak kunci pesananmu telah kubuat, cobalah pilih mana yang sesuai." Tukang kunci itu menyodorkan beberapa anak kunci. Ada yang terbuat dari emas, baja, perak dan campuran tembaga. Semuanya tampak indah dan bergemerlapan. Gagang dan ujungnya pun disusun dengan cermat. Ulir-ulirnya tampak indah, berukir, membuat lekuk-lekuk yang rumit. Namun si kakek tua bijak tetap menggeleng. Tukang kunci meras gagal.

"Ketahuilah, di dunia ini ada satu tempat yang tak berpintu. Tempat itu juga tak memiliki ruang. Kedudukannya juga tak melingkupi sesuatu. Ia juga tak memiliki sekat-sekat yang terbagi-bagi." Kakek tua bijak itu duduk. Tukang kunci mengikuti. "Karena tak berpintu, maka tempat itu juga tak memerlukan anak-anak kunci. Dan tempat itu adalah KEBAHAGIAAN. Jika kamu ingin menemukannya, carilah di dalam hatimu. Ia kadang tak memerlukan emas, perak dan tembaga. Karena ia ada dalam setiap sisi-sisi jiwa.

Teman , setiap kita pasti menginginkan kebahagiaan. Sebagian dari kita mencarinya dengan menelisik tiap inci jalan kehidupan. Kita menyusurinya seakan kebahagiaan itu ada di suatu tempat yang sangat jauh. Kita kerap berusaha mendapatkannya seakan kebahagiaan itu menempati suatu ruang tertentu. Namun, kita keliru dan tak menemukan apa-apa.

Adakah kebahagiaan itu? Penulis percaya, kebahagiaan itu sebuah keniscayaan. Tapi, apakah kebahagiaan itu berpintu dan memiliki ruang?. Akankah kebahagiaan itu dibatasi dinding-dinding dan sekat-sekat?. Kita semua tahu dan percaya bahwa kebahagiaan itu tak berpintu, tak berdinding, tak memiliki ruang dan tak dibatasi oleh sekat-sekat. Karena itulah, kebahagiaan tak membutuhkan anak kunci untuk membukanya.

Teman, tentu kita bukan si tukang kunci yang mempersepsikan kunci kebahagiaan dengan sesuatu yang gemerlap dan mahal. Sebab, kebahagiaan itu ada di dalam hati kita. Betapa banyak orang yang memiliki harta yang melimpah, namun pribadi dan rumah tangganya berantakan. Tidak sedikit juga orang yang tidak berharta (miskin) juga belum mampu mengendalikan diri dan keluarganya, bahkan sampai mengakhiri hidupnya. Na'udzubillahi Mindzalik.

Oleh karena itu, janganlah kita merawat fisik kita saja. Merawat fisik kita memang sangat penting, namun merawat hati (jiwa) kita jauh lebih penting.

Comments :

10 komentar to “Kunci Kebahagiaan”
nuranuraniku.blogspot.com mengatakan...
on 

salam sobat
atikelnya bagus banget
penuh makna mendalam,,sebagai renungan kita semua.
trims mas,,saya tambah jelas mengenai kunci kebahagiaan ini.

Dunia Komputer mengatakan...
on 

Kisah yang inspiratif. Nice article mas.

Luna mengatakan...
on 

:) indah..

rae_zen mengatakan...
on 

kisah yang berhikmah.. makasih udah sharing sobat. terus semangat dalam dakwah with blogging..

HAPIA Mesir mengatakan...
on 

semoga kita terus diberi kekuatan dalam mengarungi lika liku kehidupan ini. sejarah selalu berulang. semoga kita kuat memegang kunci kebahagiaan jika telah menemukannya

Mx Axrom mengatakan...
on 

Memang kebahagiaan sulit dicari namun jka kita bersyukur tentu kebahagiaan itu yang akan datang sendiri ...

ina mengatakan...
on 

sombong adalah penyakit hati yg dibenci Allah... :)

artikel bagus kag.. :)

fathur mengatakan...
on 

saya setujuh ma yg terakhir perihalarah hati kita. bagus bgt tulisanya, makasih y.

Rumah curhat mengatakan...
on 

makanya aku nggak sombong,disamping dibenci tuhan,...nggak punya temen.

aris mengatakan...
on 

kuncinya sih mudah, ngejalaninya yang susah.

Pengikut