BELAJAR DARI PISANG DAN PUTERI MALU


Alam semesta ini diciptakan dengan sangat sempurna oleh yang Maha Sempurna, yaitu Allah SWT. Seimbang dan bahkan tidak ada cacat sedikitpun. Dengan adanya darat, laut dan udara di bumi yang kita singgahi ini salah satunya. Ada siang dan malam, ada panas ada dingin, ada api ada air, dll. Semuanya itu untuk kita, yaitu manusia. Banyak sekali pelajaran yang dapat kita ambil dari kehidupan ini. Baik pelajaran dari manusia, hewan atau bahkan tumbuhan sekalipun. Tumbuhan PISANG, yang BUAH nya banyak disukai oleh manusia bahkan hewan (MONYET) pun menyukainya. Tapi tahukah kita
pelajaran yang dapat kita ambil dari tumbuhan PISANG tersebut?


Tumbuhan ini seolah memberikan pelajaran tersendiri buat kita. Bagaimana tumbuhan ini tidak akan mau mati terlebih dahulu sebelum BERBUAH. Yang mana buah pohon PISANG tersebut dapat dirasakan manfaatnya oleh manusia. Meskipun kita menebang pohon PISANG tersebut, ia tidak akan mati sebelum BERBUAH (tumbuh lagi). Pohon PISANG mengajarkan kepada kita bahwa bagaimana kita sebagai manusia yang katanya makhluk sosial dapat memberikan manfaat kepada masyarakat yang ada di sekitar kita.

Seorang guru misalnya, bagaimana seorang guru dapat memberikan manfaat kepada anak didiknya dengan mengajar secara ikhlas, profesional dan penuh tanggung jawab. Serta mendo'akan mereka dalam setiap selesai sholat agar menjadi siswa yang berprestasi, berbakti kepada kedua orang tua dan bermanfaat bagi manusia yang lain di kemudian harinya. Baik itu sholat wajib maupun sholat sunnah. Seorang siswa misalnya, bagaimana seorang siswa menjadi siswa yang rajin, berbakti kepada orang tua, guru dan bergaul dengan teman dengan pergaulan yang baik. Serta memiliki cita-cita yang mulia. Profesor, Dokter, Guru, Perawat, dll.

Disitulah pelajaran yang dapat kita ambil dari tumbuhan PISANG. Apapun profesi, status, jenis kelamin kita, tanamkan kepada diri kita agar menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain sebelum ajal menjemput kita. "Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak memberikan manfaat kepada orang lain". Itulah nasihat dari Nabi kita, Muhammad SAW.

Atau tumbuhan yang lain yaitu PUTERI MALU. Dikatakan PUTERI MALU, mungkin karena sifatnya yang sangat peka. Kalau disentuh, sang PUTERI langsung meringsut MALU. Tumbuhan ini seolah memberikan pelajaran tersendiri buat kita. Ada kerterkaitan antara peka dengan MALU. Peka menunjukkan sedemikian halusnya sensor diri. Tak perlu dengan cara kekerasan, disentuh saja sudah terasa. Dan MALU memberikan sinyal kehati-hatian. Jangan-jangan sentuhan yang seolah terasa lembut itu sebagai kritik keras atas keburukan yang tak disadari. Lalu kenapa disebut PUTERI, bukan raja. Mungkin karena umumnya wanita memang lebih pemalu daripada laki-laki. Itulah kenapa jawaban setujunya seorang gadis ketika mendapat pinangan cukup dengan diamnya. Malu adalah perhiasan buat wanita.

Orang Jepang punya tafsiran sendiri tentang MALU. Mereka menyebutnya dengan harakiri. Tafsiran ini memang agak ekstrim, malu lebih tinggi dari nilai kehidupan. Orang lebih memilih mati daripada hidup dengan menanggung MALU. Itulah di Jepang, walau saat ini tafsiran itu tak lagi dipakai, para pejabat Jepang biasa mundur kalau dianggap gagal.

Dikalangan pejabat Indonesia, MALU merupakan barang mahal. Sedemikian mahalnya, jarang pejabat yang bisa mengenakan busana MALU. Gagal dalam mengelola jabatan menjadi hal biasa. Dan mundur merupakan yang luar biasa. Walaupun pejabat nya seorang wanita. Dan bahkan tanpa MALU mencalonkan lagi menjadi pejabat di pemilihan-pemilihan berikutnya.

Ajaran Islam punya sentuhan sendiri perihal MALU. MALU bukan sekedar ekspresi disharmoni antar sesama manusia. Lebih dari itu, ia merupakan buah dari keimanan yang begitu dalam. Bagaiman mungkin seorang mukmin bisa tega meakukan keburukan, penyalahgunaan kekuasaan, penyalahgunaan hak hidup. Padahal dimanapun tKP nya, di malam gelap gulita pun kejadiannya, Allah SWT selalu tahu.

indonesia memang tidak identik dengan warganya yang beriman, dan seorang mukmin punya pemisah dengan budaya yang ada di Indonesia. Tapi, siapa yang bisa menjamin kalau tak punya MALU bukan penyakit yang menular.

Memang menarik belajar dari tumbuhan PUTERI MALU. Kecil, berduri, tumbuh berkelompok, tapi punya kepekaan yang luar biasa. sungguh benar ucapan Rosulullah SAW ; Bila tak ada lagi rasa MALU, maka lakukan apa saja yang kamu kehendaki." (HR. Al-Bukhari)

Kasih komentar ya........!!!!!!!!

Comments :

6 komentar to “BELAJAR DARI PISANG DAN PUTERI MALU”
Anonim mengatakan...
on 

wah ada-ada aja neh

kristo86 mengatakan...
on 

yaaaa.... aku setuju

Anonim mengatakan...
on 

Rabbanaa maa khalaqta haadzaa baathilan, subhaanaka faqinaa 'adzaabannaar. Ternyata kita juga bisa belajar dari alam...

pencari inspirasi mengatakan...
on 

ya betul sob, kita sebaiknya menjadi mahluk yang bermanfaat jangan kalah dengan pisang..

Dien Mahmudah mengatakan...
on 

Alam mmg telah banyak membrikan contoh dlm berbagai hal agar kt sll mengingatNya, utk sll sujud pdnya. Subhanallah..............

Unknown mengatakan...
on 

yupz...sepakat!!...

Pengikut