BELAJAR DARI LAYANG-LAYANG


Di sebuah taman kota, duduklah dua orang di sebuah bangku panjang. Keduanya tampak akrab, seakan mereka baru saja bertemu setelah berpisah lama. Sesekali terdengar tawa berderai ditengah percakapan yang mereka lakukan. Seseorang diantara mereka tampak berbicara, "Paman, ada satu hal yang mengganjal dalam pikiranku. Mengapa dulu kau berikan aku layang-layang saat Ayah meninggal? Bukankah benda itu tak lazim diberikan sebagai tanda belasungkawa? Sampai kini, aku masih memikirkan maksud pemberian itu buatku."

Sang Paman tampak mendengarkan. matanya meneliti wajah pemuda di depannya dengan seksama. "Jadi, kamu masih menyimpan layang-layang itu?" Pemuda itu menjawab, "Ya. Aku masih ingin tahu apa arti semua itu buatku. Aku kehilangan harapan setelah Ayah meninggal. Aku masih bersedih hingga saat ini, sebab orang yang kucintai tak lagi bersamaku. Ayah sangat berarti buatku. Seakan semua impianku hilang saat Ayah meninggal." Mata pemuda itu mulai berkaca-kaca. "saat itu bukanlah waktu yang tepat untuk bermain layang-layang, lalu mengapa Paman memberikannya buatku?" Mata sang paman terus meneliti wajah keponakannya. "Nak, kami juga semua bersedih saat kehilangan Ayahmu. Namun, janganlah kamu juga ikut berputus asa. Layang-layang itu kuberikan kepadamu, agar kau bisa menegakkan kepalamu saat bersedih. Pandanglah kelangit, tataplah ke angkasa. Layang-layang itu adalah sebagai pengingat, bahwa selalu ada harapan di atas sana. Layang-layang itu adalah sebagai tanda, bahwa akan selalu ada curahan kebahagiaan yang turun dari-Nya. terbangkan layang-layangmu setinggi-tingginya, seperti halnya kau terbangkan semua impianmu. Tapi ingat, pegang erat benang di tanganmu, agar kau tak kehilangan arah dalam menggapai hasratmu."

Keduanya saling berpandangan. "Terima kasih paman. Aku akan mengingat semua ucapan Paman hari ini. Aku percaya, Ayah akan juga mendengar." Wajah serius Paman mulai cair, dan ia kembali berpesan, "ingat Nak, selalu ada harapan dari Allah SWT di atas sana. Terbangkanlah layang-layangmu, naikkan setinggi-tingginya. Pandanglah ke atas, tegakkan kepalamusetiap kali bersedih, sebab Allah SWT akan memberimu curahan rahmat dan berkah-Nya dari langit." Lelaki itu melanjutkan ucapannya, "tataplah ke angkasa, angkat kepalamu setiap kali kau merasa tak bahagia, percayalah, di atas sana selalu ada Allah SWT yang akan mendengar setiap do'amu."

Saudaraku, layang-layang adalah permainan sederhana. Walaupun saya percaya tak semua orang dapat menerbangkannya. layang-layang juga digemari oleh sebagian anak kecil, walaupun ada juga orang dewasa yang memainkannya. Namun apakah layang-layang hanya berarti sebagai alat permainan? Sementara ada makna tersembunyi yang seharusnya kita gali. Apakah layang-layang cuma dianggap alat pengisi waktu luang?, sementara di dalamnya ada sesuatu yang berbeda.

Kita semua tahu bahwa, layang-layang dimainkan dengab kepala tegak dan bukan dengan menunduk. Layang-layang diterbangkan, bukan dengan wajah ke arah bawah, tapi dengan menatapnya ke angkasa. Begitupun kita dalam hidup. Layang-layang adalah tanda agar kita selalu percaya bahwa optimisme dimulai dengan membangun harapan, bukan dengan bersedih. Layang-layang adalah pengingat buat kita bahwa semangat baru akan hadir bagi mereka yang berpikir positif.

Saudaraku, mari terbangkanlah layang-layang harapanmu setinggi-tingginya. Gapailah rahmat Allah SWT di atas sana. Naikkanlah layang-layang impianmu hingga langit yang menjadi batasnya. Raihlah berkah dari Allah SWT di atas sana. Tegakkan kepalamu, pandanglah langit dengan sempurna. Tataplah angkasa, susuri kumpulan awan di sana. Percayalah, akan selalu ada harapan dari Allah SWT di sana.

Kasih Komentar Ya........

Comments :

2 komentar to “BELAJAR DARI LAYANG-LAYANG”
"Kang Arlin" mengatakan...
on 

waduh.... bos..... your posting is verry useful.
hanya orang-orang yang sesat yang putus asa dari rohmat Allah

teruskan perjuangan....

Ita Irawati mengatakan...
on 

Subhanllah... Nice Post... Yakinlah bahwa Allah akan selalu membantu kita, Allah akan selalu ada bila kita butuhkan, hanya kepada Allahlah kita memohon, mengadu dan meminta

Pengikut